Senin, 23 Juli 2012

Terimakasih Tuhan


Malam ini sangat sangat membahagiakan. 
Laju mobil  mengejar kereta tak ingin tertinggal. Bapak duduk di depan menyetir mobil, ibu disebelahnya memangku bocah laki-laki anak tetangga. Di jok tengah duduk  anak kandung bapak yang akan segera berangkat ke provinsi sebrang. Sampai jok terakhir dipenuhi oleh kami, Keenam mahasiswa yang sedang ditugaskan di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kota, asap kendaraan bermotor, dan sengatan ganas bulatan kuning di sudut-sudut lembar buku gambar anak-anak TK.

Jalanan sepi, mendingin, naik-turun. Bertolak belakang dengan kegirangan sebuah keluarga kecil.

Kami tertawa sepanjang jalan. Bapak yang biasanya pendiam sesekali tertawa. Kami yang biasanya tertawa bertambah ribut  berlomba menimpali. Dan aku terlahir sebagai seorang anak perempuan yang paling diam dan sangat nyaman berada di tengah alunan bunyi yang dirinduinya selama ini.

Ya, bahkan waktu telah cukup lama memperkuat benteng dinding pertahanan hatinya. Menjadi lebih keras dan membatu. 
Saat ini kehidupan telah mengajarinya satu hal, 
Terima Kasih Tuhan.

Terima kasih Tuhan, telah memisahkan kedua orang tuaku. Sekarang aku tidak perlu lagi pura-pura tuli mendengar apa saja yang diributkan mereka. 

Terima kasih Tuhan, telah memberikan jodoh baru bagi ayahku dan memberikannya kesempatan memiliki kehidupan yang baru.

Terima kasih Tuhan, telah memberikan seseorang yang sangat tidak kusukai untuk membahagiakan ibuku dalam sepuluh tahun terakhir, yang membuka kedua mataku untuk melihat perbedaan dan menghargai lebih dalam kalimat surga ada si telapak kaki ibu.

Terima kasih Tuhan, telah memberikanku kesempatan melihat adikku menangis iri saat lelaki separuh baya itu mengantar anaknya ke sekolah di tengah hujan mengguyur menyedihkan, menjadikan adikku tumbuh menjadi seorang yang tegar.

Terima kasih Tuhan, telah memanggil lebih awal satu-satunya lelaki yang memanggilku dengan sebutan ‘cantik’.

Dan terima kasih Tuhan. Malam ini KAU runtuhkan semua pondasi, dinding-dinding membatu yang terus menjulang tinggi bertahun-tahun lamanya setelah semuanya datang berlomba menghancurkan pemikiran bahwa hidup ini tidak adil.

Disinilah aku sekarang. Bahagia instan dengan sebuah adegan paling berharga. Aku merasakannya lagi tanpa menghiraukan serbuan kaca mobil yang pecah.
Terima Kasih Tuhan, cahaya ini sangat terang dan indah.

Cahaya yang bukan berasal dari mobil yang berlawanan arah saat itu..

Tuwel, 17 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar