Malem ini adalah malam sesuram-suramnya hidup.
besok ika harus menghadapi mata kuliah paling “menyenangkan” di seluruh
nusantara. praktikumnya jam 8 pagi sampe jam 4 sore. Mau ngapain aja coba di
studio? Peres aja terus otak sampe kisut, sampe lo gunain air mata darah lo
buat gambar,lumayan daripada ngabisin pensil warna merah.
Ika terus mengumpat dalam hati, sambil
memencet-mencet permata berwarna merah jambu yang sudah entah berapa lamanya
tidak menghilang dari gumpalan daging yang disebut teman-temannya ‘bapao’.
Berbagai cara sudah ia lakukan dari mulai maskeran pake lemon, jeruk nipis,
asem jawa, putih telur, bengkuang, segala macam bumbu dapur demi kemajuan
wajahnya yang tidak pernah mulus.
Berkaca adalah suatu hal yang sangat
dibencinya. Namun tetap saja ia lakukan setiap saat.
Hancur sudah wajahnya.
Ika menghela napas panjang sambil sesekali
menyeka air mata, lalu menutup kaca dengan kalender dengan gerakan yang lemah.
Sesungguhnya ia lelah sekali dengan semua ini.
Beberapa detik kemudian ia telah
berada di sudut kamar. Menatap ke salah satu sisi dan terdiam.
‘sampai kapanpun wajahmu tidak akan cantik
dear nika audia maharani..’
Suara itu terdengar begitu lembut dan tetap
menyakitkan.
‘iya gw tau gw emang ga cantik. Muka gw
jerawatan,kusam,semua yang jelek-jelek ada di muka gw.puas lo?’
‘terus, mau sampai kapan kamu melakukan
ritual-ritual itu? Bukankah kamu bosan?’
‘gatau,sampe mati kali!’ ika sedikit malas
menanggapinya.
‘hahahaha’ suara itu semakin terdengar
merendahkan.
‘kenapa sih lo selalu nyolotin gw? Gw salah
apa sama lo?haaaah??!’
‘kamu mau tau salah kamu apa? Pertama.kamu
selalu menghina diri sendiri, merasa paling buruk, tidak seperti orang lain,
tidak pernah BERSYUKUR atas semua yang pernah kamu terima selama ini. Kedua.
Kamu berkembang menjadi seseorang yang gemar berbohong, berpura-pura menjadi
orang lain, mengikuti gaya hidup mereka yang sama sekali bertolak belakang
dengan kehidupan pribadimu.dan karena kedua kesalahan itu ada satu kesalahan
besar yang selama ini mengganggu kepalamu’
‘apa? Apa kesalahan ketiga?’ ika tetap
bertahan dengan dialog tak tertolong ini dengan tenaga air mata yang masih
tersisa.
‘kesalahan ketiganya adalah, kamu lupa. Kamu
melupakan dirimu sendiri. Kamu melupakan orang-orang di sekitarmu yang sangat
ingin berada di posisimu sekarang.
Coba lihat aku. Lihat kejujuran yang ada
pada tubuhku.
Kejujuran yang hingga saat ini tidak bisa kamu mengerti dan
hargai. Aku yang selalu memberimu semangat untuk tetap menjadi dirimu sendiri.
Kapanpun. Dimanapun. Siapapun orang yang ada di depanmu. Sumpah ika, lihatlah
suasana di sekelilingmu, lihatlah manisnya bingkai-bingkai foto yang
menyebutkan namamu di seluruh ruangan, lihatlah pajangan-pajangan indah dengan
berbagai macam model,ukuran,warna,dan kenangan di atas meja belajarmu, mereka
menunjukkan apa yang telah kamu perjuangkan. Lihatlah pemandangan sekeliling
kamarmu. Mereka bersih. Tertata rapi. Belajarlah dari mereka definisi kata
cantik yang sebenarnya. Belajarlah ika...’
Ika tertegun dengan sisa-sisa bulir air yang
masih sesekali menetes. Kepalanya perlahan bergerak memandangi satu demi satu
seisi kamarnya. Melihat berbagai benda yang ada dalam percakapan tadi.
Percakapan hebat yang baru saja terjadi setelah sekian lama tidak terkuak.
Percakapan satu arah yang telah merubahnya menjadi seorang wanita yang lebih
cantik dari biasanya keesokan harinya.
Tamparan yang berasal dari secarik kertas..
selamat ulang tahun anakku cantik,besok ibu pulang..
‘ makasih ya bu, besok aku akan mendatangimu
membawa bunga dan wewangian,pastikan saja hujan tidak membuat rumah tanahmu
becek...’ ika tersenyum kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar