Jumat, 07 September 2012

cantik


Malem ini adalah malam sesuram-suramnya hidup. besok ika harus menghadapi mata kuliah paling “menyenangkan” di seluruh nusantara. praktikumnya jam 8 pagi sampe jam 4 sore. Mau ngapain aja coba di studio? Peres aja terus otak sampe kisut, sampe lo gunain air mata darah lo buat gambar,lumayan daripada ngabisin pensil warna merah.

Ika terus mengumpat dalam hati, sambil memencet-mencet permata berwarna merah jambu yang sudah entah berapa lamanya tidak menghilang dari gumpalan daging yang disebut teman-temannya ‘bapao’. Berbagai cara sudah ia lakukan dari mulai maskeran pake lemon, jeruk nipis, asem jawa, putih telur, bengkuang, segala macam bumbu dapur demi kemajuan wajahnya yang tidak pernah mulus.

Berkaca adalah suatu hal yang sangat dibencinya. Namun tetap saja ia lakukan setiap saat.

Hancur sudah wajahnya.

Ika menghela napas panjang sambil sesekali menyeka air mata, lalu menutup kaca dengan kalender dengan gerakan yang lemah. Sesungguhnya ia lelah sekali dengan semua ini.
 Beberapa detik kemudian ia telah berada di sudut kamar. Menatap ke salah satu sisi dan terdiam.


‘sampai kapanpun wajahmu tidak akan cantik dear nika audia maharani..’
Suara itu terdengar begitu lembut dan tetap menyakitkan.

‘iya gw tau gw emang ga cantik. Muka gw jerawatan,kusam,semua yang jelek-jelek ada di muka gw.puas lo?’
‘terus, mau sampai kapan kamu melakukan ritual-ritual itu? Bukankah kamu bosan?’

‘gatau,sampe mati kali!’ ika sedikit malas menanggapinya.

‘hahahaha’ suara itu semakin terdengar merendahkan.

‘kenapa sih lo selalu nyolotin gw? Gw salah apa sama lo?haaaah??!’

‘kamu mau tau salah kamu apa? Pertama.kamu selalu menghina diri sendiri, merasa paling buruk, tidak seperti orang lain, tidak pernah BERSYUKUR atas semua yang pernah kamu terima selama ini. Kedua. Kamu berkembang menjadi seseorang yang gemar berbohong, berpura-pura menjadi orang lain, mengikuti gaya hidup mereka yang sama sekali bertolak belakang dengan kehidupan pribadimu.dan karena kedua kesalahan itu ada satu kesalahan besar yang selama ini mengganggu kepalamu’

‘apa? Apa kesalahan ketiga?’ ika tetap bertahan dengan dialog tak tertolong ini dengan tenaga air mata yang masih tersisa.

‘kesalahan ketiganya adalah, kamu lupa. Kamu melupakan dirimu sendiri. Kamu melupakan orang-orang di sekitarmu yang sangat ingin berada di posisimu sekarang. 
Coba lihat aku. Lihat kejujuran yang ada pada tubuhku. 
Kejujuran yang hingga saat ini tidak bisa kamu mengerti dan hargai. Aku yang selalu memberimu semangat untuk tetap menjadi dirimu sendiri. Kapanpun. Dimanapun. Siapapun orang yang ada di depanmu. Sumpah ika, lihatlah suasana di sekelilingmu, lihatlah manisnya bingkai-bingkai foto yang menyebutkan namamu di seluruh ruangan, lihatlah pajangan-pajangan indah dengan berbagai macam model,ukuran,warna,dan kenangan di atas meja belajarmu, mereka menunjukkan apa yang telah kamu perjuangkan. Lihatlah pemandangan sekeliling kamarmu. Mereka bersih. Tertata rapi. Belajarlah dari mereka definisi kata cantik yang sebenarnya. Belajarlah ika...’

Ika tertegun dengan sisa-sisa bulir air yang masih sesekali menetes. Kepalanya perlahan bergerak memandangi satu demi satu seisi kamarnya. Melihat berbagai benda yang ada dalam percakapan tadi. Percakapan hebat yang baru saja terjadi setelah sekian lama tidak terkuak. 
Percakapan satu arah yang telah merubahnya menjadi seorang wanita yang lebih cantik dari biasanya keesokan harinya.

Tamparan yang berasal dari secarik kertas..
selamat ulang tahun anakku cantik,besok ibu pulang..





‘ makasih ya bu, besok aku akan mendatangimu membawa bunga dan wewangian,pastikan saja hujan tidak membuat rumah tanahmu becek...’ ika tersenyum kecil.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar