Aku
tidak kuat lagi menahan emosi. Aku patah. Aku berusaha untuk tak pernah mengenal kata lelah. Haram
hukumnya untuk mematikan ide setiap orang,sama halnya seperti merebut biola
dari seorang pengamen anak kecil yang tidak punya apa-apa lagi. Itu jelas bukan
aku. Dan kamu harus percaya kalau aku tidak seburuk itu.
Kamu sadar tidak? Seumur hidup aku selalu tersiksa. kamu tidak
pernah memperlakukan aku dengan baik. Aku didorong, dipukul berulang kali,
dihina, dicaci maki.aaaaah sudahlah! Apa aku harus tetap bertahan dengan semua
kekerasan ini? Tolong liat dan jawab aku.
Sayangnya
dia hanya berhenti menatapku sebentar, dan lagi-lagi memaksa aku untuk bekerja.
Di luar tampak kuning keemasan. Matahari
melangkah lebih cepat dari biasanya. Mengajak aku untuk berhenti dari semua
rutinitas. Rutinitas yang tak pernah mengenal kalau dalam satu hari hanya
terdapat 24 jam, 1440 menit, dan 86400 detik. Aku berkeringat dan terus
bekerja. Entah telah berapa lamanya.
Tiba
tiba dia memeluk aku dan menangis
‘Sebenarnya apa yang terjadi? Tolong jangan diam saja..’ aku menarik
napas ditengah pelukannya yang semakin sesak.
Oke, abaikan semua keluhanku atas rasa lelah bekerja. Lupakan semua apa
yang aku katakan tentang waktu yang selalu kamu sita begitu saja. Aku mohon
lupakan dan berhenti menangis sekarang juga’.
Dia tetap memelukku dan
menangis
Ya Tuhan, mengapa Engkau mempertemukan aku dengan orang semacam ini?
Bukankah masih ada beberapa milyar
manusia lainnya yang lebih normal? Dan bodohnya lagi mengapa aku tidak bisa menjauh
dari kehidupannya? Selangkahpun aku tak bisa. Dan sekali lagi aku sangat tidak
ingin orang yang sudah mendorong, memukul, menghinaku berulang kali ini
menangis.
‘hey, aku mohon berhentilah menangis. Aku janji tidak mengeluh lagi.
Aku akan bekerja dengan baik sampai kapanpun kamu membutuhkanku. Deal?’
Ajaib, dia berhenti menangis.
Sesekali wajahnya menatap keluar jendela, tersenyum dan tertawa di menit
ketiga.
Ayo lanjutkan! Aku siap!
Gadis itu mencorat-coret lagi, dan aku?
Tetap setia menemaninya berimajinasi. Sesekali
kulitku dikelupas dengan benda tajam bernama rautan.
Kamar
kos, 14 Juni 2012
gokil,kayanya ciri khas cerpen lu suka ngasih kejutan gitu di belakang cerita.salut!
BalasHapusceritanya menarik jugan endingnya oke banget..:)
BalasHapusaku jg suka banget sama blognya..
isi blog dan postinganya bagus, menarik dan bermanfaat sakali..:)
jangan lupa untuk terus menulis menulis yaa..^_^
oia salam kenal
kalau berkenan silahkan mampir juga ke EPICENTRUM
folloback juga ya buat nambah temen sesama blogger IPB,,tukeran link juga boleh,,makasih..^_^
@ ka reza : ihihihi kebetulan aja itu ka lagi ada idenya begitu :P
Hapus@ rizki : waaaah makasih ya udah mau baca. gw seneng kalo ada yang komen gini. iya, Insya Allah terus nulis :D